Kamis, 22 Desember 2016

Manusia dan Harapan

“MANUSIA DAN HARAPAN”





DISUSUN OLEH:
TRIHARIN MULYO SUNDARI SUNDARYO
(17216444)
KELAS: 1EA22

TAHUN PELAJARAN 2016/2017



Manusia dan Harapan
Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Ditengah-tengah manusia itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya.

A.    Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian, harapan menyangkut masa depan. Setiap manusia mempunyai harapan. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.

Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.

Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :
a)     Kelangsungan hidup (survival)
b)     Keamanan (safety)
c)     Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)     Diakui lingkungan (status)
e)     Perwujudan cita-cita (self actualization)

B.     Sebab-Sebab Manusia Mempunyai Harapan
a)     Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan.

b)     Dorongan kebutuhan hidup
Kebutuhan hidup manusia secara garis besarnya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmanial misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah, ketenangan, hiburan, dan keberhasilan.

Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan mansuaia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik /  jasmaniah maupun kemampuan berpikirnya.

Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

c)     Kelangsungan hidup (survival)
Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan sandang,pangan, dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir.

Sandang, semula hanya berupa perlindungan /  keamanan, untuk melindungi dirinya dari cuaca. Tetapi dalam perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan keamanan, tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain.

Papan, yang dimaksud adalah tempat tinggal atau rumah. RUmah kebutuhan primer manusia karena berfungsi sebagai tempat berlindung, dari panas, gelap dan lainnya.

Untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan, papan itu, maka manusia sejak kecil telah mulai belajar. Tiap manusia perlu kerja keras dengan harapan apa yang diinginkan : pangan, sandang, dan papan yang layak terpenuhi.

d)     Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berartu sudah memberikan keamanan yang diharapkan.

e)     Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Bila seseorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan  mencintai.

f)      Status
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Dalam lagu “untuk apa” ada lirik yang berbunyi “aku ini anak siapa, mengapa aku dilahirkan”. Dari lirik tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia yang lahri di bumi ini tentu akan bertanya tentang statusnya. Status keberadaannya. Status dalam keluarga, status dalam masyarakat, dan status dalam negara.

Status itu penting, karena dengan status orang tahu siapa dia. Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu. Misalnya ada anak haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunyabaik dan tidak berdosa sebab yang berdosa orang tuamua, namun masyarakat tetap memberikan cap yang negatif.

Alangkah kejamnya manusia itu dengan adanya harapan untuk memperoleh status ini berarti orang menguasai hal=k milik nama baik, ingin berprestasi, inginmeningkatkan harga diri, dan sebagainya.

g)     Perwujudan cita-cita
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakatnya atau kepandaiannya agar ia diterima atau diaku kehebatannya.



DAFTAR PUSTAKA

Bab 11, Manusia dan Harapan, Buku Ilmu Budaya Dasar, karya Widyo Nugroho dan Achman Muchji


Manusia dan Pandangan Hidup

“MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP”




DISUSUN OLEH:
TRIHARIN MULYO SUNDARI SUNDARYO
(17216444)
KELAS: 1EA22

TAHUN PELAJARAN 2016/2017



Manusia dan Pandangan Hidup
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Karena pandangan hidup itu bersifat kodrati dan menentukan masa depan seseorang.

A.    Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan hidup bukanlah hal yang timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyhataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, shingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pandangan hidup banyak sekali macam dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
a.)   Pandangan hdiup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
b.)   Pandangan hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
c.)   Pandangan hdiup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relativ kebenarannya.
Apabila pandangan hidup diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi maka disbeut ideology. Jika organisasi tersebut bersifat politik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara maka disebut ideologi negara.
Pandangan hdiup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. . Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/ kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.


·        Cita-cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pada umumnya, cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi dengan perkata lain: cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Seseorang dapat mencapai cita-citanya, hal itu bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.

Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja.

Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.

Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang di langit. Sementara itu ada lagi anjuran, agar seseorang menempatkan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemmapuannya. Pepatah mengatakan “baying-bayang setinggi badan”, artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilaluinya.

·        Kebajikan
Kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.

Kebajikan manusia nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri, sehingga tingkah laku seseorang berbeda-beda.

Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan atau dipusakai oleh orang tua.

·        Usaha / Perjuangan
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha /  perjuangan. Perjuangan untuk hidup yang sudah menjadi kodrat manusia.

Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, pemalas membuat manusia itu miskin, melarat dan berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malas, bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.

Untuk bekerja keras, manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian / ketrampilan.

Karena manusia mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan antara sesame manusia, maka ketidakmampuan atau kemampuan terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong –menolong, bergotong-royong.

·        Keyakinan/ Kepercayaan
Keyakinan/ kepercayaan menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalism, intelektualisme, dan aliran gabungan.

a.)   Aliran Naturalisme
Aliran Naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ad Tuhan. Lalu mana yang benar? Yang benar adalah keyakinana. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakana Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan TUhan tidak ada yang ada hanya natur.

Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama itu ada dua macam, yaitu :
1.      Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolute), tidak berubah-ubah.
2.      Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas).Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.

b.)   Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.

Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalism. Kebebasan akal menimbulkan kebebasan bertngkah laku dan berbuat, walaupun tingkah laku dan perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap individu. Karena itu individu yang berakal dapat menguasai individu yang berpikir rendah.

c.)   Aliran Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan, sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai rasa (hati nurani).

Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup maka akan timbul dua kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adnaya tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif, pandangan hidup ini disebut soisalisme.

Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, keduanya mendasari keyakinan secara berimbang, logika berpikir baik secara individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialisme-religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.


B.     Langkah-langkah Berpandangan Hidup yang Baik
Langkah-langkah berpandangan hidup ini penting, karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencdapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai  berikut :

(1)  Mengenal
Mengenal merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada.

(2)  Mengerti
Tahap kedua adakah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Mengerti terhadap pandangan hidup disini memegang peranan penting. Karena dengan mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup itu.

(3)  Menghayati
Langkah selanjutnya adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.

Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah yang dapat ditempuh adalah menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.

Yang perlu diingat dalam langkah mengerti dan menghayati pandangan hidup yaitu harus ada sikap penerimaan terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dengan kata lain langkah mengenai mengeerti pandangan hidup merupakan langkah yang menentukan terhadap langkah selanjutnya.

(4)  Meyakini
Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya.

(5)  Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya dan perwujudan manfaat mengabdi dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri.

Jadi, jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian. Dan pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram lebih-lebih bila menghadapi hambatan, tantangan dan sebagainya.

(6)  Mengamankan
Proses mengamankan ini merupakan langkah terakhir. Langkah yang terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.









DAFTAR PUSTAKA

Bab 8, Manusia dan Pandangan Hidup, Buku Ilmu Budaya Dasar, karya Widyo Nugroho dan Achman Muchji


Manusia dan Penderitaan

“MANUSIA DAN PENDERITAAN”





DISUSUN OLEH:
TRIHARIN MULYO SUNDARI SUNDARYO
(17216444)
KELAS: 1EA22

TAHUN PELAJARAN 2016/2017



Manusia dan Penderitaan
Dalam definisi lama yang sudah dikenal umum, manusia dikatakan sebagai binatang yang berakal budi. Aristoteles yang memberi definisi ini, menggunakan kata Yunani “logos” untuk “akal budi”. Manusia juga dapat dikatakan sebagai makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi segala haling rintangan seperti penderitaan atau hal lain yang dialaminya. Hal ini yang membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan.
Pengertian Penderitaan
            Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin.
            Penderitaan termasuk termasuk realitas dunia dan manusia dengan intensitas yang bertingkat, ada yang berat dan ad ayang ringna. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.   Penderitaan juga dapat merupakan energy untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
            Penderitaan dialami oleh semua orang yang merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang bermakna agar manusia sadar dan tidak berpaling dariNya. Bagi manusia yang tebal imamnya musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepadaNya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahaan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dibanding manusia yang kecil. Dalam kepasrahaan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, untuk akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
            Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan lika-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami dapat diatasi secara medis, sedangkan penderitaan psikis penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal  psikis yang dihadapinya.  Semuanya merupakan “risiko” karena seseorang mau hidup. Sehingga enak atau tidaknya, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.

Siksaan
            Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari banyak terjadi dan banyak dibaca di berbagai media massa. Bahkan kadang-kadang ditulis di halaman pertama dengan judul huruf besar dan kadang disertai gambar si korban.
           Siksaan sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
           
Kebimbangan dapat dialami bila seseorang pada siati saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Akibat dari kebimbangan, seseorang berada dalam keadaan yang tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu. Bagi orang yang lemah dalam berpikir, masalah ini akan menjadi siksaan berkepanjagnan. Tetapi bagi orang yang kuat dalam berpikir, ia akasn cepat mengambil suatu keputusan, sehingga kebimbangan akan cepat dapat diatasi.
            
Kesepian dialami seseorang ketika merasakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun oa dalam lingkungan orang ramai. Kesepian merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dapat dialami oleh seseorang. Seperti halnya kebimbangan, kesepian perlu diatasi dengan cepat agar seseorang tidak terus menerus merasakan penderitaan batin. Sebagai homo socius, seseorang perlu kawan yang dapat diajak untuk berkomunikasi untuk mengalahkan rasa kesepian dengan cepat. Pada umumnya, orang yang dapat dijadikan “kawan duka” adalah orang yang dapat mengerti dan menghayati kesepian yang dialami oleh sahabatnya. Selain mencari kawan, seseorang juga perlu mengisi waktu dengan kesibukan, khusunya yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu dalam dirinya.
            
Ketakutan, merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar-besarkan yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Seperti pada kesepian, ketakutan dapat juga timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan merupakan hal yagn sifatnya psikis. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, antara lain :
a)     Claustrophobia dan Agoraphobia
Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agrophobia adalah ketakutan yang disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
b)     Gamang
Gamang merupakan ketakutan apabila seseorang berada di tempat yang tinggi.
c)     Kegelapan
Kegelapan merupakan ketakutan apabila seseorang berada di tempat yang gelap, sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul sesuatu yang ditakuti, misalnya setan atau pencuri.
d)     Kesakitan
Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami. Hal itu disebabkan karena dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan.
e)     Kegagalan
Kegagalan merupakan ketakutan seseorang yang disebabkan karean merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.

Kekalutan Mental
            Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental atau dapat dirumuskan sebagai gasngguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang megnhadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
            Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai berikut :
a.      Kepribadian yang lemah akibat jasmani atau mental yang kurang sempurna sering menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkan mentalnya.
b.      Terjadinya konflik sosisal budaya yang dapat menyebabkan yang bersangkutan tidak dapat menyesuaikan diri lagi. Misal, orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan kehidupan kota.
c.      Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Penderitaan dan perjuangan
            Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati yabg artinya sudah menjadi konsekuensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia tidak boleh pesimis yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan.
            Pembebasan dari penderitaan pada hakekatnya menruskan kelangsungan hidup. Caranya dengan berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkunga, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindari dari bahaya dan malapetaka. Manusia hanya merencanakan dan Tuhan yang menentukan. Penderitaan yang terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.

Penderitaan, Media Masa dan Seniman
            Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran Koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat menggugah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk emngkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat.
            Dengan demikian, masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni mereka, sehingga para pembaca, penonton dan penikmat seninya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.

Penderitaan dan Sebab-sebabnya
            Apabila dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
A.    Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia.
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesame manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan kadang disebut nasib buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain, manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya.
Perbedaan nasib buruk dan takdir yaitu jika takdir adalah Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia sendirilah penyebabnya. Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia.



B.     Penderitaan yang muncul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu sendiri.

Pengaruh Penderitaan
            Seseorang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh yang berbagai macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif atau sikap negatif. Sikap negative misalnya penyesalan, sikap kecewa, putus asa sampai ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap ini dapat timbul sikap anti seperti tidak punya gairah hidup.
            Sikap positif yaitu sikap optimis dalam mengatasi penderitaan hidup dan menganggap hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu hanyalah bagian dari kehidupan. Sikap ini cenderung kreatif, tidak mudah menyerah, bahkan timbul sikap keras atau sikap anti.
            Apabila sikap negative dan sikap positif dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca atau penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya yang dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan.







DAFTAR PUSTAKA

Bab 6, Manusia dan Penderitaan, Buku Ilmu Budaya Dasar, karya Widyo Nugroho dan Achman Muchji

Bab 1, Bahasa Manusia, Buku Fakta, Nilai,Peristiwa, karya Prof.Dr.C. A. van Peursen.